1

Thursday, June 15, 2017

Ondokule...! - Kesalahan Penulisan dan Penggalian Makna - Bahasa Toraja

Generasi Muda Toraja

Ondokule...!
Demikian kata seru yang merupakan pembuka komentar para nitizen Toraja menanggapi kejadian-kejadian  mengherankan, menghebohkan dan kejadian mengejutkan lainnya yang menyebar di jejaring sosial. Maksud dari kata ondokule yang mereka tuliskan ini,  dalam Bahasa Indonesia kira-kira sepadan  dengan ucapan berikut :


Ampun deh...!
atau
Ya ampun...!
atau
Aduh...!
atau
hahhh ?
atau
Astaga...!
dll

Namun ada kekeliruan cara penulisan dari kata ondokule ini yang perlu dijelaskan. Kesalahan pertama adalah penempatan spasi dan penyambungan. Ada dua cara penulisan yang paling sering digunakan yakni :


1. ondokule
2. ondo kule

Kedua cara penulisan di atas salah dan alasan kesalahannya akan tampak sendiri dengan jelas dalam penjelasan kesalahan kesalahan lain yang lebih serius. 



Kita lanjut saja dulu pada kesalahan berikutnya yakni jika penulisan kata ondo tidak diakhiri dengan tanda apostrof ('), maka artinya akan berbeda. Ondo (tanpa apostrof) artinya lompat. Jadi jelas bukan ini yang dimaksud.

Terus apakah dengan penambahan tanda apostrof menjadi ondo' sudah bisa dikatakan benar ? Ternyata juga belum. Namun dengan kata ondo' ini kita akan lebih mudah menelusuri asal usul kata ini.

ondo' seharusnya ditulis dengan memisahkannya menjadi o ndo' , jadi terdiri dari dua kata yakni o dan ndo'.

o adalah kata seru, sama dengan o dalam Bahasa Indonesia
ndo' adalah singkatan pengucapan dari kata indo'
indo'  sendiri artinya ibu
Jadi o indo' artinya o ibu

Kita simpan dulu artinya dan mari kita telusuri bagian berikutnya :

Kesalahan berikutnya adalah penulisan kata kuleKule adalah nama sejenis penyakit. Jadi jelas bukan kata ini yang dimaksudkan. Terjadi kesalahan penulisan dengan menyambungkan ku dan le seolah-olah menjadi satu kata padahal ku di sini sebenarnya akhiran untuk kata indo'. Persis sama dengan akhiran ku dalam bahasa Indonesia yang artinya adalah kepunyaan.

Contoh :
indo'ku : ibuku
o indo'ku : o ibuku

Nah, bagaimana dengan akhiran le

Akhiran le ini memang agak sulit ditentukan padanannya dalam Bahasa Indonesia. Akan tetapi dengan mencoba memberikan contoh langsung penerjemahan berikut maka kami yakin para pembaca sekalian bisa menarik sendiri maknanya.

Pira le ?
Berapa, Berapakah ?

Umba mi le ?
Sudah di manakah ?

Umba le ?
Mana ya ?

Perhatikan bahwa akhiran le bisa berarti akhiran kah dan kata penutup ya atau bisa juga sepadan dengan tanda tanya.

Contoh kalimat dengan fungsi le yang berbeda :

Jama mi le
Ayo kerjakan ya

Untuk penambahan akhiran le pada kalimat ini bersifat menganjurkan, yakni menganjurkan untuk segera mengerjakan.

Dengan demikian penambahan akhiran le pada sebuah kata atau kalimat bisa memberikan beragam maksud dan pemahaman. Untuk akhiran le di kalimat seru o indo'ku le bisa dipelajari maksudnya dengan mencoba memahami dulu arti harafiah dari kalimat kalimat o indo'ku  yang diakhiri dengan le

Sebenarnya o indo'ku adalah ucapan bahkan bisa teriakan dari anak kecil yang memanggil ibunya karena  sebuah kejadian. Bisa karena sesuatu yang menyedihkan seperti terjatuh dan gangguan fisik lainnya yang menimbulkan rasa sakit. Selain karena kejadian yang menyedihkan kalimat seru o indo'ku juga bisa diteriakkan oleh anak kecil karena mengalami atau menyaksikan sebuah kejadian yang menghebohkan yang biasanya sebuah kejutan.  Inilah penyebabnya kenapa kalimat seru o indo'ku le bermakna mewakili banyak perasaan.

Pertanyaan lain yang muncul, apakah masih tepat bila kalimat seru ini digunakan oleh orang dewasa ?. Dalam memaknai lebih dalam akan sosok ibu, di saat kita kecil, ibu adalah pelindung kita dari gangguan dan serangan fisik namun semakin kita dewasa ibu tetaplah pelindung yang tetap menasehati, melindungi dari pergaulan-pergaulan buruk di saat kita sudah dewasa. Bahkan orang yang sudah berkeluarga pun baik pria ataupun wanita akan menceritakan persoalan rumah tangganya kepada ibunya yang mungkin lebih peka mendengar dan memahami dibanding sang ayah. Jadi tidaklah keliru jika kalimat seru ini diucapkan juga oleh orang dewasa 

Dengan memahami kenapa kata ibu turut diucapkan dalam merespon sebuah kejadian dan ditambahkan dengan akhiran le yang memiliki multi pemahaman, mari kita selaraskan dengan situasi pada saat seseorang spontan mengucapkan o indo'ku le ini.

O indo' ku bisa berarti saya memanggil ibu saya yang memang berada di tempat di mana saya juga berada atau sebuah kondisi di mana umur saya kemungkinan besar masih anak-anak atau remaja.

sedangkan untuk 
O indo'ku le tidak mengandung makna kalau saya memanggil ibu saya. Saya bisa mengucapkannya tanpa kehadiran ibu saya bahkan mungkin di saat ibu saya sudah tiada. Akhiran le seakan mengakhiri kalimat o indo'ku dan menjadikannya menjadi kalimat retorik. Seseorang memanggil namun tidak mengharapkan balasan.

Kesimpulannya adalah bahwa tidak terjadi kesalahan penempatan kalimat o indo'ku le oleh para nitizen Toraja dalam mengomentari sebuah kejadian, akan tetapi cara penulisan yang kurang tepat bisa bermakna jauh dari makna yang sesungguhnya

Catatan tambahan mengenai akhiran le apakah digabungkan dengan kata sebelumnya atau tidak, akan kami coba share dengan pembaca sekalian di artkel lain karena masalah tersebut juga menjadi masalah penting di saat kita lebih banyak berkomunikasi dalam Bahasa Toraja lewat teks.


Demikian
Kurre sumanga'

Thursday, June 8, 2017

Arti Kata Sisumpa' - Bahasa Toraja



Bahasa Toraja
Sisumpa’ adalah istilah yang cukup populer di kalangan orang Toraja. Apa arti dari istilah sisumpa’ ini ?

Kata dasarnya adalah sumpa’. Dalam Bahasa Indonesia sumpa’ artinya adalah jolok. Secara harafiah sumpa’ bisa diartikan dengan kata menjatuhkan / melepaskan / menurunkan buah dari atas pohon dengan merodokkan tongkat / batang ke buah tersebut. Sumpa’ dilakukan oleh seseorang yang tangannya tidak mampu menggapai buah yang hendak dilepaskan dari pohonnya sehingga dibutuhkan bantuan berupa tongkat tadi dengan panjangnya bisa mencapai tinggi buah pohon tersebut. Tongkat tersebut disebut pesumpa’

Bagaimana dengan istilah sisumpa’ ? Awalan si pada kata ini sepadan dengan kata saling dalam bahasa Indonesia. Jadi sisumpa’ artinya saling sumpa’.

Istilah sisumpa’ sepertinya menjadi istilah yang kebetulan cocok digunakan dalam kehidupan masyarakat  yang marak dengan kejadian saling menjatuhkan jika ada yang sedang berada pada posisi yang tinggi. Posisi yang tinggi yang dimaksudkan di sini bisa jabatan, popularitas, kekayaan, karir dan lain sebagainya.

Seorang pejabat bisa disumpa’ agar jatuh dari jabatannya. Seorang politisi yang sedang berada pada puncak popularitasnya bisa dijatuhkan dengan isu-isu yang bisa menurunkan popularitasnya.

Saat si A berada di puncak popularitas, Si B berusaha sumpa Si A. Demikian juga saat si B sedang di atas, si A berusaha sumpa’ Si A. Baik Si A maupun Si B menggunakan pesumpa' untuk ma'sumpa'. Pesumpa' dalam hal ini bisa isu-isu negatif, gosip bahkan mungkin fitnah. Pemahaman sederhanya demikian.

Akan tetapi pada prakteknya sisumpa’ menjadi lebih kompleks pemahamannya, bahkan menjadi persoalan dari suatu komunitas. Jika ada rekan sesuku dari komunitas tersebut yang berkesempatan mendapatkan jabatan penting dan ada juga oknum lain berasal dari suku tersebut juga yang berusaha menjatuhkannya. Kemudian di waktu lain ada orang lain dari komunitas yang sama yang mendapatkan pula kesempatan yang sama maka tetap muncul sebuah kekuatan yang berasal dari kelompok itu juga yang berusaha menjatuhkannya.

Bisa dipahami kalau istilah sisumpa’ ini konotasinya benar-benar negatif. Akan tetapi maksudnya adalah untuk tujuan positif. Kenapa ? Karena dengan menghembuskan istilah sisumpa’ ke atas sekelompok orang dari asal usul yang sama yang saling menjatuhkan maka menyindir dengan istilah sisumpa' bermaksud menyadarkan agar berhenti sisumpa’. Berhenti saling menjatuhkan. Sisumpa’ mungkin sebuah kondisi yang kurang disadari di saat orang-orang yang awalnya hanya bermaksud mengkritik secara membangun, kemudian berubah menjadi kritik yang mencoba menjatuhkan dan akhirnya kebablasan menjadi kondisi sisumpa’.

Sisumpa’ bisa jadi didasari oleh rasa iri. Mungkin rekan-rekan seperjuangan atau rekan sesuku yang dulunya berjuang bersama-sama namun rekan tersebut mendapatkan kesempatan yang lebih baik dibanding sahabat-sahabat lamanya. Mungkin pula seseorang merasa bahwa orang yang disumpa’nya bukanlah orang-orang hebat sehingga dianggapnya tak layak menempati jabatan tersebut karena merasa kenal dan merasa lebih tahu batas kemampuan dari sahabatnya yang sedang berada di puncak.

Terus bagaimana dengan seseorang yang menduduki jabatan lalu terlibat kasus seperti korupsi dan tindakan tidak terpuji lainnya. Idealnya dalam sebuah negara yang hukumnya benar-benar ditegakkan, tanpa disumpa' pun, seorang pejabat yang terlibat kasus korupsi akan terjatuh dengan sendirinya bahkan hingga di tempat terendah dibalik jeruji penjara.
Demikian
Kurre Sumanga'